Stimulasi Yang Harus Dimiliki Seorang Pengasuh

Bayi tak mungkin berkembang normal tanpa distimulasi. Stimulasi harus datang dari orangtua, atau pengasuhnya. Stimulasi fisik berupa pijatan khusus; stimulasi gerakan dengan latihan motorik anggota gerak (kinetik), menirukan gerakan; stimulasi suara dan bunyi; mengajak berbicara, mendengar dongeng, menirukan bunyi, melihat dan membedakan warna, stimulasi bertanya, mendengar musik; keterampilan memegang barang, memainkan mainan, menangkap dan melempar bola; berlari dan mengejar, serta melaksanakan perintah.
Bagi ibu bekerja, siapa pun yang mendapat mandat menjadi pengasuhnya selama ibu tidak di rumah harus dibekali kemampuan memberikan stimulasi pada perkembangan anak dari jam ke jam. Pengasuh yang Ĺ“bisu atau kurang banyak berbicara akan menciptakan anak yang lamban berbicara. Pengasuh yang kurang hirau pada anak, akan menciptakan anak yang melempam perkembangannya. Peran pengasuh sangat besar, selain menentukan perkembangan anak. MENGASUH DENGAN SERBA TIDAK BOLEH
Manakala mobilitas bayi sudah mulai banyak, begitu mulai pandai berjalan, bahaya rentan dialami. Terjatuh, terpeleset, terbentur, terantuk, tercedera, peristiwa yang sebetulnya terantisipasikan. Namun berbeda dengan gaya pengasuhan di Barat, orangtua kita cenderung terlalu takut dalam menjaga anak.
Anak yang terlampau dilindungi, dan dijaga, rasa percaya dirinya kurang bertumbuh. Anak jadi serba takut melakukan ini-itu yang baru. Padahal anak perlu mengeksplorasi sekujur lingkungannya. Perlu selalu mencoba hal-hal, kegiatan, atau suasana yang baru tanpa merasa diri terkungkung, atau terlalu diawasi.
Yang benar, biarkan anak memperkaya pengalamannya terjatuh, misalnya, sambil terus memonitor gerak-geriknya. Biar anak lebih leluasa mengenal lingkungannya dengan akrab. Selama eksplorasi anak terhadap lingkungannya tidak sampai mengancam jiwanya, atau diantisipasi bisa membahayakan dirinya, orangtua dan pengasuh tidak perlu terlalu mengintervensi. Untuk itu anak harus diajuhkan dari segala yang bisa mengancam keselamatannya, atau berpotensi membahayakan dirinya. CHILD SAFETY FIRST
Untuk itulah mendahulukan keamanan bagi lingkungan anak (child safety first) sangat diperlukan. Rata-rata kita sering mengabaikan hal ini, sehingga tidak jarang bayi terancam, dan menjadi korban kelalaian orangtuanya. Bayi belum mampu mengantisipasi kondisi berbahaya. Jadi apa pun bentuk dan wujud kondisi yang tidak sehat tersebut, bayi berhak mendapat pengamanan dari orangtua, atau pengasuhnya. Sebut saja, pengamanan tangga rumah, tidak bermain sendiri di tepi kolam renang; jauhkan dari menyentuh saklar listrik atau kabel listrik; tak boleh ada benda tajam di dekat bayi, seperti pisau, gunting, jarum. Jangan biarkan anak menjangkau lemari obat, bahan kimiawi pembersih rumah (karbol, lisol, pemoles lantai); tidak bermain di dapur; dan jangan lupa, berbahaya meninggalkan bayi terkunci sendiri dalam mobil, atau berkendara tanpa pengaman khusus bagi bayi dengan pintu mobil disetel tidak dapat dibuka dari dalam.